Jumat, 12 Maret 2010

DIVERSIFIKASI ENERGI PEDESAAN BERBASIS SUMBER DAYA ENERGI LOKAL TERBARUKAN

Pemanfaatan Biogas Limbah Kotoran Sapi Sebagai Sumber Energi Alternatif Pengganti Minyak Tanah dan Energi Listrik

Latar Belakang


Pemanfaatan bahan bakar fosil (BBM) saat ini membutuhkan biaya yang sangat mahal sehubungan dengan semakin tingginya harga minyak dunia, disamping itu produksi minyak nasional saat ini tidak mencukupi kebutuhan akibatnya subsidi untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak dari tahun ke tahun terus menunjukan peningkatan. Upaya untuk mengurangi subsidi minyak tanah telah dilakukan dengan konversi ke batu bara dan gas, namum dalam perjalanannya program tersebut tidak sepenuhnya memperoleh sambutan masyarakat, karena batu bara tidak praktis digunakan dan kadang sulit didapat dan penggunaan gas juga pada kondisi tertentu sangat sulit didapat.

Bagi masyarakat kecil, pengeluaran biaya bahan bakar gas dengan harga yang cukup mahal cukup menjadi beban, oleh karena itu minyak tanah tetap menjadi alternative yang dianggap paling layak. Bagi masyarakat pedesaan dimana kulturnya belum berubah kebutuhan bahan bakan dapat dipenuhi oleh kayu bakar. Meskipun secara financial sangat murah namun untuk mendapatkannya cukup memakan waktu dan tambahan tenaga kerja keluarga, bahkan untuk di Pulau Jawa untuk bahan bakar rumah tangga dengan intensitas yang tinggi telah menyebabkan rusaknya vegetasi tanaman dan menyebabkan penggudulan lahan dan memberikan kontribusi besar bagi terjadinya banjir dan longsor.

Diwilayah sentra peternakan sapi perah, saat ini pemanfaatan minyak tanah sangat tinggi, selain untuk kebutuhan masak keluarga juga untuk menghangatkan air untuk kepentingan pemerahan sapi. Penggunaan dinilai tidak praktis serta tidak cukup waktu untuk mencarinya. Karena peternak seharian waktunya akan habis untuk mencari rumput atau pengelola kandang, sedangkan pemanfaatan energi gas komersial sangat tidak mungkin karena jaringan pelayanan distribusi belum masuk kelokasi peternakan.

Dibeberapa wilayah dimana populasi sapi perahnya cukup banyak, sumber energi alternative biogas bila dimanfaatkan akan memberikan kontribusi sangat besar bagi penghematan bahan bakar minyak. Selain dari pada itu, limbah dari biogas sendiri dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organic bagi tanaman sayuran dan hortikultura. Adapun hambatan bagi peternak adalah :

1. Informasi tentang biogas masih sulit diakses oleh peternak

2. Pembangunan Instalasi Biogas dinilai sangat mahal

  1. Belum adanya informasi mengenai kelayakan teknis, social dan ekonominya yang dapat meyakinkan peternak, bahwa teknologi tersebut sangat murah, praktis dan mudah dan dapat digunakan secara berkesinambungan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar bagi peternak.

Sebagai langkah nyata dalam upaya PEMANENAN dan PEMANFAATAN energi alternative BIOGAS oleh masyarakat ( Peternak dan anggota masyarakat non peternak lainnya) dirancang REKAYASA SOSIAL ( Social Engineering) yaitu PEMBENTUKAN MODEL DESA SWADAYA BAHAN BAKAR dengan Memanfaatkan energi alternative Biogas Sapi Perah.


Model rekayasa social ini menjadi sangat penting, karena untuk memasyarakatkan penggunaan energi biogas lebih jauh, diperlukan informasi menyangkut aspek teknis, social, ekonomi dan keamanan untuk mengatasi hambatan pada tingkat pembangunan dan pemeliharaan instalasi, pemanenan dan pemanfaatan energi biogas tersebut oleh peternak dan masyarakat pada umumnya

Maksud dan Tujuan :

Maksud :

Mewujudkan suatu Kawasan Sentra Peternakan Sapi Perah, dengan target Peternak maupun Non Peternak mampu menyediakan kebutuhan energinya secara mandiri dengan memanfaatkan energi alternative BIOGAS

Tujuan :

Meningkatkan Ketersediaan energi alternatif bahan Bakar Berbasis Gas Bio sapi Perah bagi Peternak Sapi Perah serta anggota masyarakat lainnya di sentra peternakan sapi perah

Output :

Terpasangnya Instalasi Biogas sesuai dengan potensi optimal desa Haurngombong, baik itu digunakan oleh keluarga peternak maupun keluarga non peternak.

Pemasangan Instalasi Biogas Sapi Perah harus memenuhi kelayakan teknis, sosial dan ekonomi sehingga dapat diaplikasikan diwilayah sentra pengembangan sapi perah lainnya di Indonesia.

Outcome :

Dengan makin banyaknya dibangun Instalasi Biogas sapi perah diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata bagi penghematan Bahan Bakar Minyak artinya ada penghematan pengeluaran Rumah Tangga, lebih jauh diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

Dalam skala ekonomi nasional, penggunaan Biogas lebih meluas dimasyarakat berdampak pada penghematan devisa import Bahan Bakar Minyak (BBM)


Dalam memenuhi kebutuhan energi untuk rumah tangga atau kegiatan usahanya, keluarga peternak memanfaatkan kayu bakar dan atau minyak tanah. Pada kondisi dimana kayu bakar semakin sulit didapat, maka sumber energi kayu bakar tidak bias diandalkan lagi. Sebagian peternak menggunakan minyak tanah namun minyak tanah sendiri distribusi dan volume masih dibatasi oleh pemerintah serta harga khususnya ditingkat eceran cukup mahal, artinya bahan bakar minyak tanah ini , makin memberatkan bagi peternak.


Kesimpulannya :


Kebutuhan energi/bahan bakar baik kayu bakar dan atau minyak tanah membutuhkan korbanan yang sangat besar dan begitu memberatkan bagi Petani/peternak atau masyarakat pada umumnya.